Hari ini tepatnya
tanggal 8 april 2016, pagi – pagi buta saya melakukan perjalanan rutin pulang
kerumah, di kampung halaman tercinta. Kegiatan rutin yang saya lakukan setiap 2
minggu sekali, kegiatan yang hampir menjadi kewajiban, dimulai setelah sy
menyelesaikan kuliah master di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta dan
sekarang masih mengabdikan diri di salah satu universitas di Makassar. Kesibukan
yang tidak terlalu padat di kampus, dipergunakan untuk berkunjung di kampung
halaman.
Berbicara mengenai
kampung halaman, Kabupaten Bone merupakan kampung halaman saya,di sini saya dilahirkan
dan dibesarkan. Pada tanggal 6 april 2016 kemarin merupakan hari jadi Kab. Bone
yang ke-686, salah satu kerajaan tua yang ada di Sulawesi. Oleh karenanya
tulisan ini mungkin sy dedikasikan untuk Kab. Bone tercinta. Karena warga yang
baik, seharusnya lebih memperhatikan daerahnya. Sama seperti manusia, tak kenal
maka tak sayang. Tak sayang maka tak diperhatikan. Nah sebagai wujud perhatian
sy terhadap daerah ini, saya wujudkan dalam tulisan ini.
Tabe,, sebenarnya
banyak hal yang bisa di ulas dari perjalanan panjang sy pagi ini, menyusuri
lika – liku jalan poros Makassar – Bone, bisa dari aspek, geomorfologi dengan
kondisi alam yang sangat luar biasa indahnya, aspek geologi, dengan stratigrafi
penyusun litologi yang sangat beragam, hingga aspek fauna yang mendiami hutan –
hutan tropis disepanjang jalan. Namun yang pertama yang akan sy bahas adalah
mengenai kondisi jalanan yang menghubungkan kedua daerah tersebut yang sangat
kurang nyaman untuk dilalui pengendara. Mengapa sy tertarik dengan kondisi
jalan?? Karena perkembangan suatu daerah sangat bergantung kepada infrastruktur
terutama jalan yang dapat menghubungkan antara daerah satu dengan daerah yang
lain, terutama Makassar – Bone. Roda perekonomian suatu daerah akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi jalan. Mengapa demikian, karena barang yang akan di
angkut ke suatu daerah akan jauh lebih mahal ongkos kirimnya kalau
infrastruktur tidak mendukung. Biaya pengiriman akan jauh lebih mahal dengan
kondisi jalan yang tidak mendukung. Karena akan muncul biaya – biaya tambahan,
yang akan memperngaruhi modal dan keuntungan dari para pedagang. Oleh karena itu
pula, harga barang khususnya perabot dan bahan bangunan di Bone sangat mahal
dibanding dengan daerah lain.
Jalan poros Makassar –
Bone kurang lebih berjarak sekitar 190 km, dengan waktu tempuh rata – rata 4 –
5 jam. Waktu tempuh yang tergolong lama dengan jarak yang hanya sekitar 190 km,
itu berati rata – rata sekitar 38 km / jamnya. Jalan poros Makassar – Bone juga
merupakan jalan utama menuju ke arah Kabupatan Soppeng dan Sinjai dari arah
Makassar. Jadi jalan ini sebenaranya menopang perekonomian 3 kabupaten yang ada
di Utara Makassar. Sangat disayangkan jalan yang begitu penting tersebut sangat
lambat perhatian dan perbaikannya. Walau sebenarnya projek perbaikan dan
pelebaran jalan sudah di kerjakan disebagian tempat, namun titik - titik yang menjadi rawan kecelakaan dan
rawan kemacetan belum tersentuh sama sekali. Titik – titik rawan tersebut akan diulas satu persatu berikut ini.
Ulasanya dimuali dari sini :
Kita mulai dari daerah
Maros, tepatnya di daerah Kappang. Jalanan umumnya di dominasi dengan kondisi
seperti gambar, diapit oleh tebing – tebing karst, sempit dan berkelok – kelok.
Konon kabarnya jalanan ini pertama kali di rintis pada masa penjajahan.
Dikerjakan oleh pribumi dengan menggunakan alat seadanya, oleh karenanya banyak
warga pribumi yang meregang nyawa di daerah ini. Kondisi jalan yang seperti ini
sangat berbahaya apabila kendaraan saling berpapasan, tak jarang truk – truk
pengangkut barang harus menepi apabila saling berpapasan satu sama lain. Dan
pasti akan menimbulkan kemacetan yang sangat panjang apabila hal ini terjadi.
Tak jarang pula di tempat ini sering sekali terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil
dan truk, apabila saling bertemu di tikungan tersebut, ataupun mobil yang harus
penyok akibat menepi menghindari truk ataupun mobil lain dan disisi lain mobil
harus berhadapan dengan kasarnya tebing karst yang disusun oleh batugamping tersebut.
Suatu kondisi yang sangat tidak nyaman saat berkendara dan tentunya menghambat
laju kendaraan.
Masih di daerah yang
sama, tebing karst batu gamping yang dibuat semacam terowongan separuh,
dibiarkan tanpa ada penopang ataupun bangunan permanen untuk menahan beban
diatasnya. Sisi kanan dan atas tersusun dari batugamping, sedangkan di sisi
kiri nya adalah jurang dengan kedalaman beberapa puluh meter. Juga masih dibuat
oleh pribumi saat penjajahan dengan alat seadanya. Walau ditempat ini saya
belum pernah menemukan terjadinya kecelakaan (mudah – mudahan tidak pernah),
atupun batuan runtuh dari atas. Walau demikian, harus dilakukan tindakan yang
serius untuk menganalisis kerentanan batuan yang ada dibagian atas tersebut,
dimana setiap batuan yang ada dibumi mempunyai tingkat keresistensiannya tersendiri
akibat erosi yang bekerja pada batuan tersebut. Jangan sampai timbul korban
jiwa baru kemudian kita semua bergerak.
Dan titik terakhir
daerah rawan yang dijumpai disepanjang perjalanan tadi adalah Sumpanglabbu,
termasuk daerah Kabupaten Bone. Banyak hal yang unik disini. saja kejadian unik itu?? next page.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar