Sabtu, 09 April 2016

Lika Liku, Lekak Lekuk, Naik Turun Jalanan Makassar – Bone. 1

Hari ini tepatnya tanggal 8 april 2016, pagi – pagi buta saya melakukan perjalanan rutin pulang kerumah, di kampung halaman tercinta. Kegiatan rutin yang saya lakukan setiap 2 minggu sekali, kegiatan yang hampir menjadi kewajiban, dimulai setelah sy menyelesaikan kuliah master di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta dan sekarang masih mengabdikan diri di salah satu universitas di Makassar. Kesibukan yang tidak terlalu padat di kampus, dipergunakan untuk berkunjung di kampung halaman.
Berbicara mengenai kampung halaman, Kabupaten Bone merupakan kampung halaman saya,di sini saya dilahirkan dan dibesarkan. Pada tanggal 6 april 2016 kemarin merupakan hari jadi Kab. Bone yang ke-686, salah satu kerajaan tua yang ada di Sulawesi. Oleh karenanya tulisan ini mungkin sy dedikasikan untuk Kab. Bone tercinta. Karena warga yang baik, seharusnya lebih memperhatikan daerahnya. Sama seperti manusia, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak diperhatikan. Nah sebagai wujud perhatian sy terhadap daerah ini, saya wujudkan dalam tulisan ini.
Tabe,, sebenarnya banyak hal yang bisa di ulas dari perjalanan panjang sy pagi ini, menyusuri lika – liku jalan poros Makassar – Bone, bisa dari aspek, geomorfologi dengan kondisi alam yang sangat luar biasa indahnya, aspek geologi, dengan stratigrafi penyusun litologi yang sangat beragam, hingga aspek fauna yang mendiami hutan – hutan tropis disepanjang jalan. Namun yang pertama yang akan sy bahas adalah mengenai kondisi jalanan yang menghubungkan kedua daerah tersebut yang sangat kurang nyaman untuk dilalui pengendara. Mengapa sy tertarik dengan kondisi jalan?? Karena perkembangan suatu daerah sangat bergantung kepada infrastruktur terutama jalan yang dapat menghubungkan antara daerah satu dengan daerah yang lain, terutama Makassar – Bone. Roda perekonomian suatu daerah akan sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan. Mengapa demikian, karena barang yang akan di angkut ke suatu daerah akan jauh lebih mahal ongkos kirimnya kalau infrastruktur tidak mendukung. Biaya pengiriman akan jauh lebih mahal dengan kondisi jalan yang tidak mendukung. Karena akan muncul biaya – biaya tambahan, yang akan memperngaruhi modal dan keuntungan dari para pedagang. Oleh karena itu pula, harga barang khususnya perabot dan bahan bangunan di Bone sangat mahal dibanding dengan daerah lain.
Jalan poros Makassar – Bone kurang lebih berjarak sekitar 190 km, dengan waktu tempuh rata – rata 4 – 5 jam. Waktu tempuh yang tergolong lama dengan jarak yang hanya sekitar 190 km, itu berati rata – rata sekitar 38 km / jamnya. Jalan poros Makassar – Bone juga merupakan jalan utama menuju ke arah Kabupatan Soppeng dan Sinjai dari arah Makassar. Jadi jalan ini sebenaranya menopang perekonomian 3 kabupaten yang ada di Utara Makassar. Sangat disayangkan jalan yang begitu penting tersebut sangat lambat perhatian dan perbaikannya. Walau sebenarnya projek perbaikan dan pelebaran jalan sudah di kerjakan disebagian tempat, namun titik  - titik yang menjadi rawan kecelakaan dan rawan kemacetan belum tersentuh sama sekali. Titik – titik rawan tersebut  akan diulas satu persatu berikut ini.
Ulasanya dimuali dari sini :

Kita mulai dari daerah Maros, tepatnya di daerah Kappang. Jalanan umumnya di dominasi dengan kondisi seperti gambar, diapit oleh tebing – tebing karst, sempit dan berkelok – kelok. Konon kabarnya jalanan ini pertama kali di rintis pada masa penjajahan. Dikerjakan oleh pribumi dengan menggunakan alat seadanya, oleh karenanya banyak warga pribumi yang meregang nyawa di daerah ini. Kondisi jalan yang seperti ini sangat berbahaya apabila kendaraan saling berpapasan, tak jarang truk – truk pengangkut barang harus menepi apabila saling berpapasan satu sama lain. Dan pasti akan menimbulkan kemacetan yang sangat panjang apabila hal ini terjadi. Tak jarang pula di tempat ini sering sekali terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil dan truk, apabila saling bertemu di tikungan tersebut, ataupun mobil yang harus penyok akibat menepi menghindari truk ataupun mobil lain dan disisi lain mobil harus berhadapan dengan kasarnya tebing karst yang disusun oleh batugamping tersebut. Suatu kondisi yang sangat tidak nyaman saat berkendara dan tentunya menghambat laju kendaraan.
Masih di daerah yang sama, tebing karst batu gamping yang dibuat semacam terowongan separuh, dibiarkan tanpa ada penopang ataupun bangunan permanen untuk menahan beban diatasnya. Sisi kanan dan atas tersusun dari batugamping, sedangkan di sisi kiri nya adalah jurang dengan kedalaman beberapa puluh meter. Juga masih dibuat oleh pribumi saat penjajahan dengan alat seadanya. Walau ditempat ini saya belum pernah menemukan terjadinya kecelakaan (mudah – mudahan tidak pernah), atupun batuan runtuh dari atas. Walau demikian, harus dilakukan tindakan yang serius untuk menganalisis kerentanan batuan yang ada dibagian atas tersebut, dimana setiap batuan yang ada dibumi mempunyai tingkat keresistensiannya tersendiri akibat erosi yang bekerja pada batuan tersebut. Jangan sampai timbul korban jiwa baru kemudian kita semua bergerak.
Dan titik terakhir daerah rawan yang dijumpai disepanjang perjalanan tadi adalah Sumpanglabbu, termasuk daerah Kabupaten Bone. Banyak hal yang unik disini. saja kejadian unik itu?? next page.





 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar