Bedload
Transport
Partikel yang berukuran
lebih besar daripada ukuran pasir umumnya tertransportasi dengan cara bedload
dimana transportasi dengan cara ini butiran senantiasa kontak dengan dasar
(bed). Tipe transportasi ini disebut traction
transport, dapat berupa rolling
pada butiran sedimen yang mempunyai butiran yang besar atau atau berbentuk
elongated, sliding pada butiran
sedimen yang bergeser diatas atau melewati satu sama lain, dan creep. Creep merupakan hasil dari
butiran yang terdorong ke arah hilir disepanjang bed yang terjadi akibat efek
dari pergerakan butiran lainnya. Saltation
merupakan tipe dari bedload transport pada butiran sedimen, terutama pasir,
yang bergerak dan sebentar – sebentar kontak dengan bed. Pergerakan butiran
dengan cara saltation merupakan pergerakan butiran pada sebuah seri
lompatan/loncatan, meloncat dar bed dengan sudut 45⁰
dan kemudian jatuh kembali ke dasar dan membentuk sudut 10⁰.
Pola saltasi asimetri tersebut merupakan hasil dari arus turbulen atau
terbentuk akibat tubrukan dengan butiran yang lainnya. Saltasi merupakan mode
transportasi yang paling umum pada butiran sedimen pasir dengan media
transportasi berupa angin. Transportasi saltasi dapat menjadi bagian transisi
antara transportasi traksi dengan transportasi suspensi, akan tetapi
transportasi saltasi disini dimasukkan kedalam bagian dari bedload transport
karena pada umumnya butiran yang tersaltasi relatif lebih dekat dengan bed
selama terjadi perpindahan.
Suspended
Load Transport
Gambar
8. Sekema Ilustrasi dari pergerakan butiran
selama transportasi bedload, suspension dan saltation. (Leeder, 1979 dalam
Boogs, 1995)
Peningkatan arus yang
mengalir lebih kuat akan menyebabkan meningkatnya intensitas dari turbulensi
yang berada didekat bed. Lintasan partikel akan lebih panjang, tidak beraturan,
dan terangkat lebih tinggi dari bed dibandingkan pada butiran yang tertrasnportasi
dengan cara saltasi. Gerakan fluida keatas dihasilkan dari peningkatan arus
turbulensi ke titik gaya gravitasi yang seimbang, memungkinkan partikel untuk
tetap tersuspensi diatas bed pada waktu yang lebih lama dari pada air yang
tidak terturbulensi. Jika gaya angkat yang timbul dari turbulensi tidak menentu
dan tidak secara kontinu dipertahankan kesetimbangannya, maka pada umumnya selama
transportasi dijumpai pasir halus – pasir sedang yang kembali jatuh ke bed dari waktu ke waktu.
Sifat tersebut dinamakan intermitten
suspension (suspensi berselang). Intermitten suspension berbeda dari
saltasi karena partikel yang tersuspensi cenderung terbawa lebih tinggi dan
lebih lama di atas bed. Partikel yang lebih kecil mempunyai settling velocity yang lebih rendah yang
dapat memungkinkan partikel ini tetap tersuspensi yang disebut sebagai continuous suspension dan terbawa
bersama fluida dan mengalir dengan
kecepatan hampir sama dengan kecepatan aliran fluida. Transportasi sedimen
suspensi merupakan transportasi sedimen yang dapat terjadi oleh media angin dan
aliran sungai. Khusus transportasi tipe intermitten suspension, pada umumnya
dijumpai di samudera berada pada cloudy
layers yang berada pada air bagian bawah yang disebut nepheloid layers. Nepheloid layers merupakan sedimen tersuspensi
pada tubuh arus turbidit yang dapat mencapai tinggi beberapa ratus meter di
atas lantai samudera. Layer tersebut lebih kental daripada air yang berada
disekitarnya akan tetapi tidak cukup kental untuk membuatnya tenggelam secara
cepat. Oleh karena itu material sedimen dapat tersuspensi pada waktu yang lebih
lama pada layer ini. Kebanyakan material yang berada pada layer ini merupakan
material berbutir sangat halus (clay) yang pada mulanya berasal dari daratan.
Washload
dan Dustload
Pada umumnya material
yang halus, yaitu partikel berukuran lempung, mempunyai settling velocity yang
sangat rendah, oleh karena itu material tersebut tetap tertransportasi secara
suspensi (continous suspension). Di
sungai, sedimen tersebut berasal dari area sumber di hulu atau hasil erosi,
dari pada berasal dari stream bed, dan disebut sebagai washload. Sungai mempunyai kapasitas untuk mentranspor washload
yang sangat besar meskipun pada aliran yang mepunyai kecepatan arus yang sangat
rendah. Karena perjalanan washload secara kontinu tersuspensi pada kecepatan
aliran air yang sama, dan ditransportasikan langsung oleh sistem sungai.
Transportasi secara suspended load yang dibawa oleh media angin, disebut
sebagai dustload. Difusi ke atas
dalam ketidak stabilan, massa apung udara (buoyant), diketahui dapat membawa
debu secara cepat dengan ketinggian mencapai ratusan hingga ribuan meter selama
terjadinya erupsi vulkanik. Material dapat terbawa ke atas dengan cara suspensi
pada waktu yang sangat lama dan dapat tersebar secara luas diberbagai tempat
termasuk di cekungan samudera (Prospero, 1981 dalam Boggs, 1995). Faktanya
adalah komponen sedimen pelagic laut dalam berbutir sangat halus dipercaya
sebagian besar berasal dari tiupan angin.
Endapan
aliran fluida.
Proses sedimentasi dan
transportasi terhenti, kemudian akan muncul proses pengendapan, ketika kondisi
hidrologi lokal atau kondisi angin berubah dan dapat menyebabkan penurunan
shear stress pada bed hingga ketitik yang tidak memadai lagi untuk menjadikan
partikel bergerak. Penurunan shear stress pada bed tersebut disebabkan oleh
terjadinya penurunan kecepatan aliran. Kecepatan aliran dan shear stress dapat
menurun dibawah level kondisi kritis yang diperlukan sedimen untuk tertransportasi
disebabkan oleh banyak sebab. Seperti transportasi air, dimana terjadi
penurunan slope pada bed, dan terjadi peningkatan roughness pada bed, dan
kehilangan volume air.
Sedimen dapat
terendapakan secara tetap atau sementara. Sebagai contoh, pengendapan sedimen
di saluran sungai dan point bars, lingkungan pantai, dan diberbagai lingkungan
dekat daratan lainnya dapat kembali mengalami transportasi sedimen karena terjadinya perubahan iklim atau
perubahan kondisi hidrologi pada daerah tersebut. Faktanya, sedimen sungai
dapat terendapkan beberapa kali sebelum pada akhirnya terendapakan dalam
samudera. Beberapa sedimen sungai, sedimen danau, dan sedimen yang
tertransportasi melalui angin, dapat terendapkan pada tatanan kontinen dan
terawetkan pada periode yang sangat lama dan tercatat dalam bagian dari rekaman
geologi. Sebagain besar material sedimen mengalami transportasi dan akhirnya
dijumpai dalam cekungan samudera, dimana material tersebut terendapakan dibawah
dasar gelombang dan sedikit banyaknya tidak bergerak lagi secara permanen
hingga terawetkan.
Sedimen yang
terendapkan oleh aliran fluida air atau angin umumnya dicirikan dengan lapisan
atau perlapisan dengan berbagai ketebalan, jarang dijumpai ukuran butiran yang
bergradasi vertikal, ukuran butir tersortasi dengan dari buruk hingga sangat
baik, bergantung dari kondisi pada saat sedimen terendapakan, dan kehadiran
berbagai struktur sedimen. Pengendapan sedimen dari arus traksi umumnya
mengawetkan struktur sedimen yang cross – beds, ripple mark, dan imbrikasi
kerakal yang dapat mencirikan arah dari aliran fluida yang terjadi pada masa
lalu. Pengendapan sedimen yang berasal dari arus suspensi kurang menunjukkan
struktur aliran namun sebagai gantinya dapat dicirkan oleh fine laminasi.
Transportasi seidmen oleh angin hanya dapat mengendpakan material yang sangat
halus, pasir – dust (clay). Sangat berbeda dengan transportasi angin yang dapat
mengendakan material dari lempung hingga bongkah, dengan diameter ratusan
centimeter. Berbagai ukuran butiran yang dapat ditransportasikan oleh media
angin dan air gtersebut merefleksikan kondisi energy dari angin dan air
tersebut untuk dapat mentransportasikan material sedimen.
Endapan aliran fluida memberikan gambaran hubungan antara proses aliran dan karakteristik hasil dari endapan batuan sedimen.
Endapan aliran fluida memberikan gambaran hubungan antara proses aliran dan karakteristik hasil dari endapan batuan sedimen.
Efek
Ukuran Butir Sedimen Dan Kedalaman Air
Studi eksperimen
menunjukkan bahwa suksesi bedform yang terbentuk tidak hanya dipengaruhi oleh
kecepatan aliran akan tetapi juga dipengaruhi oleh ukuran butir sedimen. Gambar
dibawah ini menunjukkan bahwa hubungan antara pembentukan bedform dengan
kecepatan aliran dan ukuran butir sedimen pada kedalaman air sekitar 0,25 –
0,40 m. Jika aliran berada pada sedimen dengan ukuran butir kasar sekitar 0,9
mm, sebagai contoh, ripples tidak akan terbentuk. Sementara itu, tahap lower
plane - bed hanya terbentuk pada periode pembentukan dunes. berdasarkan gambar
dibawah ini juga menunjukkan bahwa ukuran butir sedimen dibawah 0,15 mm, dunes
tidak dapat terbentuk.
Gambar
9. Diagram mean velocity dibandingkan dengan ukuran sedimen yang menunjukkan
stabilitas dari fase bed. (After Southard dkk, 1990 dalam Boogs, 1995)
Gambar
10. Sekuen Bedform yang terbentuk akibat pertambahan kecepatan aliran untuk
sedimen berbagai ukuran ( modified from Harms, J. C., J. B. Southard and R.G.
Walker, 1982., dalam Boogs 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar